Marmut Merah Jambu

Raditya Dika

Marmut Merah Jambu adalah novel semi-otobiografi karya Raditya Dika yang menceritakan perjalanan cintanya dari masa sekolah hingga dewasa. Dalam gaya khasnya yang lucu dan nyeleneh, Dika menuturkan kisah-kisah cinta yang kerap berakhir canggung, lucu, atau menyakitkan.

Salah satu kisah yang paling menonjol adalah tentang cinta diam-diam Dika pada sahabat perempuannya sendiri. Ia memendam perasaan selama bertahun-tahun tanpa pernah benar-benar menyatakannya, hingga akhirnya hanya bisa mengenang dengan rasa pahit manis.

Lewat cerita-cerita ini, pembaca diajak menertawakan kegagalan cinta, mengenang masa remaja yang lugu, dan merenungi arti kedewasaan dalam hubungan. Dika menunjukkan bahwa cinta tidak selalu harus dimiliki untuk bisa berarti.

Review

Raditya Dika kembali menunjukkan keahliannya dalam mengemas pengalaman pribadi menjadi bacaan ringan yang sarat makna melalui novel Marmut Merah Jambu. Buku ini merupakan bagian dari rangkaian karya semi-otobiografi yang memadukan humor khas Dika dengan kisah nyata seputar pencarian cinta. Berbeda dengan karya-karya sebelumnya seperti Kambing Jantan atau Cinta Brontosaurus yang lebih menekankan pada komedi situasional, Marmut Merah Jambu terasa lebih personal dan reflektif.

Gaya penulisan Dika yang naratif dan lugas sangat terasa di buku ini. Ia seolah mengajak pembaca duduk santai sembari mendengarkan cerita masa lalu yang lucu, jujur, dan kadang menyakitkan. Diksi yang digunakan ringan dan komunikatif, membuat novel ini cocok untuk pembaca remaja maupun dewasa muda. Namun di balik kelucuan, tersimpan kerentanan emosional yang dalam—terutama saat Dika mengisahkan hubungannya dengan sahabatnya sendiri, yang menjadi benang merah utama dalam novel ini.

Salah satu kekuatan Marmut Merah Jambu adalah kemampuannya membangkitkan rasa nostalgia. Pembaca diajak mengingat kembali masa-masa sekolah yang penuh cinta diam-diam, perasaan patah hati yang tidak tuntas, hingga upaya menjalin hubungan yang sering kali gagal karena ketidakdewasaan. Kisah-kisah ini tidak dikemas dengan dramatisasi berlebihan, tetapi justru mengandalkan kejujuran dan keabsurdan hidup itu sendiri, yang membuat pembaca bisa tertawa sekaligus merasa tersentuh.

Secara tematik, novel ini menjawab keresahan anak muda tentang cinta yang tidak linear. Dika menyampaikan bahwa cinta tidak selalu harus berakhir bahagia, dan bahwa perasaan bisa tumbuh, surut, bahkan bertahan dalam diam. Pesan ini cukup kuat dan relevan, terutama bagi mereka yang masih belajar memahami relasi antarmanusia. Tokoh-tokoh perempuan dalam novel ini juga digambarkan cukup beragam, menunjukkan dinamika emosi dan karakter yang tidak dangkal.

Namun, seperti buku-buku Dika lainnya, ada kelemahan dalam kedalaman karakterisasi dan alur. Karena ditulis dalam format kumpulan cerita, transisi antarbagian kadang terasa terputus-putus. Pembaca yang mengharapkan narasi utuh dengan plot kuat mungkin akan sedikit kecewa. Tapi hal ini bisa dimaklumi, mengingat niat penulis bukan menyusun cerita fiksi konvensional, melainkan berbagi pengalaman pribadi yang penuh warna.

Secara keseluruhan, Marmut Merah Jambu adalah novel ringan tapi bermakna yang menyuguhkan campuran lucu dan sendu secara seimbang. Ini bukan hanya tentang cinta yang gagal, tapi juga tentang perjalanan memahami cinta itu sendiri—dengan segala kebodohan, keberanian, dan penyesalan yang menyertainya. Bagi penggemar Raditya Dika atau pembaca yang ingin menikmati kisah cinta yang tidak klise, novel ini sangat layak dibaca.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ask the Rabbit, He Knows Where the Best Books Hide!

Subscribe to Our Newsletter

Dapatkan update terbaru seputar kegiatan klub langsung ke inbox kamu!

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

© 2025 Created with Royal Elementor Addons